Gambar Mewarnai Mobil Sport
_mewarnai.webp)
Halaman unduh untuk gambar mewarnai Gambar Mewarnai Mobil Sport. Klik tombol di atas untuk mengunduh gambar dalam format PDF berkualitas tinggi, siap untuk dicetak dan diwarnai.
Gambar Mewarnai Terkait
Dongeng Terkait dari Blog
Bakpao Zhuge: Roti Penipu Siluman - Dongeng
(Dongeng kocak yang hampir masuk buku sejarah, kalau saja siluman bisa tanda tangan.) Dahulu kala, di masa Tiga Kerajaan Tiongkok, hidup seorang jenderal cerdas bernama Zhuge Liang. Otaknya encer, rambutnya licin, dan kipas bulunya selalu mengepak elegan meski angin tak lewat. Ia terkenal bukan hanya karena strategi perangnya yang ciamik, tapi juga karena kemampuannya... berbohong secara estetis. Suatu hari, Zhuge Liang dan pasukannya harus menyeberangi Sungai Luohun—sungai besar nan deras yang konon dijaga oleh Siluman Penunggu Sungai, bernama Bubuwu, seekor makhluk bertubuh buaya, berkepala singa, dan suara cempreng seperti anak kos kehabisan kuota. Menurut kepercayaan warga, Bubuwu hanya akan membiarkan manusia menyeberang jika diberi tumbal kepala manusia. Bayangkan betapa ribetnya—mau perang aja kudu ngorbanin kepala orang dulu. Karena tidak ada promo "tumbal buy 1 get 1", Zhuge Liang pun menolak. Ia tidak mau rakyatnya kehilangan kepala hanya demi menyeberang sungai. Selain karena kemanusiaan, ya... kepala itu mahal, isinya otak. Strategi Roti Kepala Lalu datanglah ide brilian. "Jika yang dia mau cuma bentuk kepala, kenapa nggak kita bikin palsu aja?" kata Zhuge Liang, sambil menatap adonan tepung dengan tatapan strategis. Ia mengaduk-aduk tepung, menambahkan ragi, susu, dan daging cincang. Lalu ia kukus bulatan itu sampai mengembang seperti pipi bayi kenyang. “Ini...
Baca Dongeng...Semangka dan Kelapa: Si Tinggi dan Si Pendek - Dongeng Anak
🌴🌱 Pada zaman dahulu kala, di sebuah sawah yang hijau dan subur, tinggallah dua sahabat tanaman.. eh, maksudnya... dua tanaman yang tidak terlalu akur. Yang satu adalah Pohon Kelapa - tinggi menjulang, gagah, daunnya lebar seperti kipas raksasa. Yang satu lagi adalah Pohon Semangka- eh, bukan pohon sih, tapi lebih mirip merayap-rayap malu-malu di tanah dengan buah yang besar dan montok. Setiap pagi, saat embun masih menari-nari di daun padi, Kelapa selalu menyapa… dengan nada sedikit menyebalkan: “Selamat pagi, Semangka pendek! Eh, kamu bisa lihat aku dari situ? Atau mau pakai teleskop?” “Buahmu sih besar, tapi tubuhmu? Hahaha, tiarap terus, kayak lagi push-up seumur hidup!” Semangka hanya diam. Ia sedih, tapi tak membalas. Beruntung, di sebelahnya ada tanaman kacang yang rendah hati dan bijaksana. “Sabar ya, Semangka,” kata Kacang sambil mengibaskan daunnya. “Ingat, kita memang pendek, tapi justru karena itu manusia mudah memetik kita. Kita tidak merepotkan siapa-siapa. Mereka cukup menunduk dan… crot, dipetik dengan senyum.” Semangka tersenyum, walau masih agak sedih. Ia menatap ke atas, ke arah Kelapa yang makin hari makin tinggi dan makin… sombong. 💨 Suatu Hari yang Mendung... Langit berubah kelabu, awan berarak gelap. Angin mulai menderu-deru seperti marah-marah tak jelas. Daun-daun berdesir. Dan KRRAASSHHH!!!...
Baca Dongeng...Ketika Keinginan Tak Mengenal Batas - Cerpen
Pada jaman dahulu..Di suatu negeri antah berantah... Angin pagi bertiup lembut, mengusap rerumputan hijau yang terhampar luas di kaki Bukit. Matahari baru saja mengintip dari balik cakrawala, memandikan lembah dengan cahaya keemasan. Di puncak bukit, berdiri seorang pria berwibawa dengan sorot mata tajam. Prabu Santaka mengamati tanah luas yang membentang di hadapannya. Lembah ini masih sunyi, belum terjamah, namun dalam bayangannya, ia melihat kehidupan—sawah yang menguning, rumah-rumah berdiri kokoh, anak-anak berlarian di jalanan tanah. Di sinilah, desa baru akan lahir. Namun, desa tak akan bisa tumbuh tanpa pemimpin yang bijaksana. Dan memilih pemimpin bukan perkara mudah. Ia menoleh ke dua orang pemuda yang berdiri tegap di hadapannya. Arya dan Wira, dua calon pemimpin yang sama-sama kuat, tetapi memiliki sifat yang berbeda. “Ada satu ujian yang harus kalian lalui,” ujar Prabu Santaka, suaranya bergema di antara bukit dan lembah. Kedua pemuda itu menajamkan telinga. “Kalian akan berjalan atau berlari sejauh yang kalian bisa, dari matahari terbit hingga tenggelam,” lanjut sang Prabu. “Tempat terakhir kalian menancapkan bendera sebelum kembali ke titik awal akan menjadi batas desa yang kalian pimpin. Tapi ingat, jika kalian tidak kembali sebelum matahari tenggelam, kalian gagal.” Arya menegakkan tubuhnya, matanya berbinar penuh tekad. Tantangan ini adalah kesempatan emas...
Baca Dongeng...